BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak menurut bahasa berasal dari
bahasa Arab اخلاق jamak dari kata خُلُقَ yang berarti tingkah laku,
perangai atau tabiat. Sementara menurut Wikipedia akhlak secara terminologi
diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan
secara sadar untuk melakukan suatuperbuatan yang baik.
Sementara Ibnu Maskawaih memaknai
akhlak sebagai suatu sikap mental (halun lin nafs) yang mendorongnya untuk
berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Berkaitan dengan akhlak ini, Ibnu
Maskawaih membaginya dalam dua hal yakni yang berasal dari watak (temperamen)
dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan.
Hal yang tidak jauh berbeda juga
diberikan oleh Imam Ghazali dalam mengartikan akhlak. Menurutnya, akhlak adalah
suatu sikap (hay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai
perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan.
Ghazali menyebutkan bahwa jika sikap mental tersebut lahir perbuatan yang baik
dan terpuji maka ia disebut sebagai akhlak yang baik. Dan jika yang lahir
darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut dengan akhlak yang
tercela.
Dalam kelompok tertentu misalnya
memiliki kode etik, rule of conduct, misalnya students of conduct, kode etik
kedokteran, dan atau kode etik masing-masing sesuai dengan profesinya.
Terlepas dari istilah-istilah
tersebut, pentingnya akhlak dalam kehidupan tercermin dalam misi utama
kerasulan Nabi Muhammad, bahkan disebutkan bahwa kesempurnaan keimanan seorang
Mu’min tergantung dari kebaikan akhlaknya
“Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad).
“Seorang Mu’min yang paling sempurna
imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya (akhlaknya)” HR. Turmudzi
Sebagai seorang Mu’min sudah
selayaknya Al-Qur’an menjadi acuan untuk bertindak atau berakhlak. Mengikuti
semua perbuatan sebagaimana yang tercantum dalam sunnah Rasul juga merupakan
tindakan aplikatif terhadap isi kandungan Al-Qur’an. Sebab dalam sebuah
riwayat, Aisyah menyebutkan akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an itu sendiri.
Menjadi tauladan terbaik dalam
segala tindakan bagi seluruh umat mendapat legitimasi dari Allah. Bahkan Allah
pun tak segan-segan memuji Nabi Muhammad sebagai manusia yang berakhlak paling
tinggi.
“ Dan sesungguhnya engkau
benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam. 4 ).
Lebih lanjut, ilmu akhlak dipandang
dari terminologi merupakan ilmu yang menentukan batas baik dan buruk, antara
yang terpuji dengan yang tercela tentang perkataan dan perbuatan manusia baik
secara lahir dan bathin.
Akhlak Kepada
Makhluk Terbagi Dalam Dua Hal Yaitu:
1. Akhlak Kepada
Manusia dan
2. Akhlak Kepada
Selain Manusia
Akhlak Terhadap
Manusia Ini Juga Dapat Dijabarkan Lagi Dalam Beberapa Hal
a) Akhlak terhadap diri sendiri
b) Akhlak terhadap orang lain, misalnya terhadap
Rasullulah, orang tua, tetangga, bmasyarakat dan lain-lain.
Sementara Akhlak
Kepada Selain Manusia Dapat Diklasifikasikan Sebagai Berikut:
a) Akhlak
kepada makhluk hidup bukan manusia seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan makhluk
ghaib.
b) Akhlak kepada makhluk mati atau benda mati
seperti udara, tanah, air dan sebagainya. Akhlak kepada selain manusia ini
lebih dikenal dengan akhlak terhadap lingkungan.
Implementasi Akhlak dalam Kehidupan
Pada keterangan diatas disebutkan
bahwa berakhlak terbagi atas berakhlak terhadap Khalik dan Mahluk. Dalil-dalil
yang berkaitan dengan hal tersebut banyak dijumpai dalam Al-Qur’an dan hadist
Nabi. Tentunnya jika kita sarikan satu-persatu cara berakhlak kita, rasanya
tidak akan cukup tertuang dalam makalah sederhana ini.
1. Al-hubb, yaitu mencintai
Allah melebihi dari apa dan siapapun. Kecintaan kepada Allah terimplementasi
dalam pelaksanaan perintah dan penjahuan larangan-Nya.
2. Ar-Raja’,
yaitu mengharap karunia dan berusaha meraih keridhaan Allah.
3. As-Sukr,
yaitu mensyukuri atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita.
4. Qanaah, yaitu menerima
segala yang menjadi takdir Allah namun tetap dibarengi dengan ikhtiar.
5.
Tawakal, yaitu berserah diri terhadap Allah dengan sepenuh hati.
6. Taubat Nasuha, yaitu
berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah
dilakukan.
Akhlak Terhadap
Makhluk (Manusia)
1. Akhlak
terhadap Rasullulah
1.
Mencintai Rasullulah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya
2. Menjadikan
Rasullulah sebagai suritauladan dan idola dalam semua aspek kehidupan.
3.
Menjalankan semua yang diperintahkan dan menjahui yang dilarangnya
2. Akhlak Terhadap
Orang Tua
1.
Mencintai mereka melebihi kerabat lainnya
2. Berbuat
baik kepada kedua orang tua dengan mematuhi semua nasehatnya serta tidak
menyinggung perasaannya
3. Selalu
menggunakan kata-kata yang lembut ketika berkomunikasi dengan kedua orang tua
4. Selalu mendoakan untuk
keselamatan mereka dan memintakan ampun atas segala kesalahan
3. Akhlak Terhadap
Diri Sendiri
1.
Memelihara kesucian diri
2.
Senantiasa berbuat jujur dan ikhlas dalam segala tindakan
3.
Menjahui segala perbuatan dan perkataan sia-sia
4.
Malu untuk berbuat jahat
4. Akhlak Terhadap
Orang Lain
1.
Saling membantu dan juga menghormati
2.
Saling memberi dan menghindari permusuhan serta pertengkaran
3. Mendahulukan kepentingan
umum daripada pribadi dan masih banyak hal lain.
5. Akhlak Terhadap
Lingkungan
1. Sadar dan
memelihara lingkungan hidup
2. Menjaga
dan memanfaatkan alam yang memang diciptakan Allah untuk manusia
3. Sayang
pada sesama makhluk hidup.
4.
Senantiasa menggalakkan kerja bakti sebagai sarana perawatan alam
Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala
sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan
mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini
berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati
proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang
terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia
tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan
terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia
sendiri."
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya
diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki
ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk
menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan
secara wajar dan baik.
Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya --seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh diperlakukan secara aniaya."
Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya --seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh diperlakukan secara aniaya."
Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat
petunjuk Al-Quran yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap
manusia dan binatang, bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang,
kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus
sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan terbesar.
Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan
tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah ... (QS
Al-Hasyr [59]: 5).
Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di
antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang
ditentukan (QS Al-Ahqaf [46]: 3).
Pernyataan Tuhan ini mengundang seluruh manusia untuk tidak
hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya
saja, melainkan juga harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak.
Ia tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang
terhadapnya. Memang, istilah penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam.
Istilah itu muncul dari pandangan mitos Yunani.
Yang menundukkan alam menurut Al-Quran adalah Allah. Manusia
tidak sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan yang
dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami,
sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf [43]:
13)
Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi
keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus
dapat bersahabat.
Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad saw
yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk
menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad saw bahkan memberi nama semua yang
menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa.
"Nama" memberikan kesan adanya kepribadian, sedangkan kesan itu
mengantarkan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama.
Di samping prinsip kekhalifahan yang disebutkan di atas, masih
ada lagi prinsip taskhir, yang berarti penundukan. Namun dapat juga berarti
"perendahan". Firman Allah yang menggunakan akar kata itu dalam
Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11 adalah
Janganlah ada satu kaum yang merendahkan kaum yang lain. (QS.
Al-Hujurat ayat 11)
Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu; semua yang ada di langit
dan di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13).
Ini berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk
manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat
yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala
sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda
itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini
dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan
yang diraihnya serta cara meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah
kebenaran dan keadilan.
Akhirnya kita dapat mengakhiri uraian ini dengan menyatakan
bahwa keberagamaan seseorang diukur dari akhlaknya. Nabi bersabda : "Agama
adalah hubungan interaksi yang baik."
Beliau juga bersabda: "Tidak ada sesuatu yang lebih
berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin
pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur. (Diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi).
Alam Sebagai Rahmat Dan Karunia Allah
SWT
Akhlak kepada lingkungan adalah perilaku atau perbuatan kita
terhadap lingkungan, Akhlaq terhadap lingkungan yaitu manusia tidak dibolehkan memanfaatkan
sumber daya alam dengan jalan mengeksploitasi secara besar-besaran,sehingga
timbul ketidakseimbangan alam dan kerusakan bumi.
lingkungan harus diperlakukan dengan
baik dengan selalu menjaga, merawat dan melestarikannya karena secara
etika hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu masyarakat serta merupakan
nilai yang mutlak adanya. Dengan kata lain bahwa berakhlak yang baik terhadap
lingkungan merupakan salah satu manifestasi dari etika itu sendiri.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan
Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan
manusia terhadap alam lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, dan pembimbingan agar
setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Dalam pandangan akhlak islam, seseorang
tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang atau memetik bunga sebelum
mekar. Karena hal ini berati tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk
mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu
menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang
sedang terjadi, sehingga ia tidak melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata
lain, setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada
diri manusia sendiri.
Dari Syaddad bin Aus berkata, “Ada dua hal yang aku hapal
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata, ‘Sesungguhnya
Allah mewajibkan berlaku ihsan kepada segala sesuatu.
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya
diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki
ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk
menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan
secara wajar dan baik.
Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan
bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga,
sehingga semuanya --seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya--
"Tidak boleh diperlakukan secara aniaya."
Tuhan ini mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya
memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja,
melainkan juga harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak. Ia
tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang
terhadapnya. Memang, istilah penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam.
Istilah itu muncul dari pandangan mitos Yunani. Yang menundukkan alam menurut
Al-Quran adalah Allah. Manusia tidak sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali
berkat kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi
kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf
[43]: 13) Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi keselarasan
dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus dapat
bersahabat.
Alam sebagai rahmat dan karunia Allah dijelaskan dalam Qs.
Al-Jatsiyah (45) : 13, yang berbunyi:
وَ سَخَّرَ لَكُمْ ما فِي السَّماواتِ
وَما فِي الْأَرْضِ جَميعاً مِنْهُ إِنَّ في ذلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ
“Dan
Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”.
Ini berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk
manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat
yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala
sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda
itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini
dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan
yang diraihnya serta cara meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah
kebenaran dan keadilan. Akhirnya kita dapat mengakhiri uraian ini dengan
menyatakan bahwa keberagamaan seseorang diukur dari akhlaknya. Nabi bersabda :
"Agama adalah hubungan interaksi yang baik."Beliau juga
bersabda: "Tidak ada sesuatu
yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari kiamat,
melebihi akhlak yang luhur. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).
Memelihara Kebersihan Dan Kesehatan Lingkungan
Ø Pengertian Kebersihan Lingkungan
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di
antaranya, debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur
menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba,
kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia
berbahaya.
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higienes
yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar
sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman
penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi
kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan
memakai pakaian yang bersih, Mencuci adalah salah satu cara menjaga kebersihan
dengan memakai air dan sejenis sabun atau deterjen. Mencuci tangan dengan sabun
atau menggunakan produk kebersihan tangan merupakan cara terbaik dalam mencegah
penularan influenza dan batuk-pilek.
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal,
tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan
dengan cara melap jendela dan perabot rumah tangga, menyapu dan mengepel
lantai, mencuci peralatan masak dan peralatan makan (misalnya dengan abu
gosok), membersihkan kamar mandi dan jamban, serta membuang sampah. Kebersihan
lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan
membersihkan jalan di depan rumah dari sampah.
Tingkat kebersihan berbeda-beda menurut tempat dan kegiatan
yang dilakukan manusia. Kebersihan di rumah berbeda dengan kebersihan kamar
bedah di rumah sakit, sedangkan kebersihan di pabrik makanan berbeda dengan
kebersihan di pabrik semikonduktor yang bebas debu.
Problem tentang kebersihan lingkungan yang tidak kondusif
dikarenakan masyarakat selalu tidak sadar akah hal kebersihan lingkungan.
Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dirawat dengan baik. Akibatnya
masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus, penyakit pernafasan dan penyakit
lain yang disebabkan air dan udara sering menyerang golongan keluarga ekonomi
lemah. Berbagai upaya pengembangan kesehatan anak secara umum pun menjadi
terhambat.
Ø Cara Memelihara Kebersihan Lingkungan:
Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada
masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan, Selalu Libatkan tokoh
masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, Sertakan para pemuda untuk ikut aktif
menjaga kebersihan lingkungan, Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan
anda, Pekerjakan petugas kebersihan lingkungan dengan memberi imbalan yang
sesuai setiap bulannya, Sosialisakan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah
sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan non organic, Pelajari teknologi
pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali untuk
pupuk, Kreatif, Dengan membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan
memanfaatkan sampah, Atur jadwal untuk kegiatan kerja bakti membersihkan
lingkungan.
Ø Pengertian Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungnan yaitu bagian integral ilmu kesehatan
masyarakat yang khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan
lingkungan dalam keseimbangan ekologis. Jadi kesehatan lingkungan merupakan
bagian dari ilmu kesehatan mayarakat.
Ø Syarat-syarat Lingkungan Yang Sehat
1. Keadaan Air
Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar
dan dapat dilihat kejernihan air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya
dimasak dengan suhu 1000C, sehingga bakteri yang di dalam air tersebut mati.
2. Keadaan Udara
Udara yang sehat adalah udara yang didalamnya terdapat yang
diperlukan, contohnya oksigen dan di dalamnya tidka tercear oleh zat-zat yang
merusak tubuh, contohnya zat CO2 (zat carbondioksida).
3. Keadaan Tanah
Tanah yang sehat adalah tamah yamh baik untuk penanaman
suatu tumbuhan, dan tidak tercemar oleh zat-zat logam berat.
Ø Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan
Lingkungan
1. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai
2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
3. Mengolah tanah sebagaimana mestinya
4. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong
Ø
Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
1.
Mengurangi Pemanasan Global.Dengan
menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada lahan kosong, maka kita juga ikut
serta mengurangi pemanasan global, karbon, zat O2 (okseigen) yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan
dan zat tidak langsung zat CO2 (carbon) yang menyebabkan atmosfer bumi
berlubang ini terhisap oleh tumbuhan dan secara langsung zat O2 yang dihasilkan
tersebut dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.
2.
Menjaga Kebersihan Lingkungan.
Dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga kebersihannya, karena
lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala penyakit dan
sampah.Sampah adalah musuh kebersihan yang paling utama. Sampah dapat
dibersihkan dengan cara-cara sebagai berikut ;
Membersihkan Sampah OrganikSampah organik adalah sampah yang
dapat dimakan oleh zat-zat organik di dalam tanah, maka sampah organik dapat
dibersihkan dengan mengubur dalam-dalam sampah organik tersebut, contoh sampah
organik :Daun-daun tumbuhan, Ranting-ranting tumbuhan, Akar-akar tumbuhan.
Membersihkan Sampah Non Organik Sampah non organik adalah
sampah yang tidak dapat hancur (dimakan oleh zat organik) dengan sendirinya,
maka sampah non organik dapat dibersihkan dengan membakar sampah tersebut dan
lalu menguburnya.
Memanfaatkan SDA Dan Lingkungan
Secara Proporsional
Kehidupan manusia di muka bumi ini tidak terlepas dari peran
serta lingkungan. Sebagaimana manusia merupakan bagian dari lingkungan,
bersama-sama dengan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang telah menjadi satu
mata rantai yang tidak akan terpisah. Untuk itulah, manusia harus memanfaatkan
sumber daya alam secara tepat, agar lingkungan tetap lestari.
1.
Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan
pembangunan manusia seutuhnya.
2.
Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana agar seluruh sumber daya
alam digunakan oleh kepentingan orang banyak seproduktif mungkin dan menekan
pemborosan seminimal mungkin.
3.
Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup, oleh sebab itu
pengembangan sumber daya alam senantiasa harus disertai dengan usaha memelihara
kelestarian tata lingkungan.
4.
Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi
sekarang dan mendatang.
5.
Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 mengenai Analisis
Dampak Lingkungan diantaranya, memberikan kewajiban kepada para pengelola dan
pemilik pabrik untuk menyelenggarakan sebuah studi kelayakan teknis dan
ekonomis serta analisis dampak lingkungan yang dapat dipertanggungjawabkan.
6.
Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang
menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Dengan menerapkan pengelolaan lingkungan hidup akan terwujud
kedinamisan dan keharmonisan antara manusia dengan lingkungannya. Untuk
mencegah dan menghindari tindakan manusia yang semena-mena (eksploitasi) maka
diterapkan kebijakan melalui undang-undang lingkungan hidup.
Berdasarkan UU No. 23 Th. 1997 lingkungan hidup diartikan
sebagai kesatuan ruang dengan kesemua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan lingkungan
hidup didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pada
Bab II pasal 4 UU No. 23 Th. 1997 dikemukakan bahwa sasaran pengelolaan
lingkungan hidup adalah sebagai berikut.
1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.
1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.
2.
Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang mempunyai
sikap dan tindak untuk melindungi serta membina lingkungan hidup.
3.
Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa mendatang.
4.
Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5.
Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
6.
Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari dampak usaha
dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pasal 3
menyebutkan bahwa usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1.
Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.
3. Proses dan kajian yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya
4.
Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sumber daya.
5.
Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya.
6.
Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik.
7.
Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non-hayati.
8.
Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
9.
Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan dapat mempengaruhi pertahanan Negara
Pengeksploitasian terhadap sumber daya alam harus dilakukan
secara proporsional, tidak boleh berlebihan. Jika mengeksploitasi sumber daya
alam secara berlebihan maka ekosistem lingkungan bisa rusak sehingga masyarakat
setempat dan juga industri tersebut akan mendapatkan dampak buruknya. Jika
misalnya harus menebang pohon, maka dibarengi dengan usaha penanaman kembali
(reboisasi).
Manusia sebagai khalifah fil ardh telah diperintakan Allah Swt.untuk
memelihara, melestarikan dan mempergunakan lingkungan hidup untuk kepentingan
manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah Swt.dalam al Qur’an :
alam ini diciptakan untuk kita dan kita diperintakan untuk
melestarikan, memakmurkan dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk
kepentingan diri kita sendiri. Namun harus diingat, bahwa kita harus menjaga
keseimbangan alam dan lingkungan hidup. Janganlah kita membuat kerusakan di
muka bumi ini, tidak boleh mengeksploitasi alam hanya untuk kepentingan nafsu
serakah. Misalnya menebang pohon seenak udelnya tanpa menanam kembali pohon
sebagai pengantinya. Karena itu akan
mengakibatkan bencana bagi manusia itu sendiri.
D. Bencana alam dan
kearifan manusia
Setiap kali muncul / terjadi suatu bencana, sering orang
bertanya-tanya, ada apa dengan bencana? Setiap orang beragam dalam menjawab
pertanyaan seperti ini. Ada yang menjawab, terjadi karena pergeseran lempengan-lempengan
yang ada di dasar laut, sehingga berpotensi menimbulkan gempa tektonik dan
tsunami. Ada lagi yang menjawab, mungkin karena alam sudah tidak bersahabat
dengan kita. Bahkan ada yang lebih radikal lagi jawabannya, karena alam sudah
terlalu sering disakiti, dirusak, dizholimi (dieksploitasi) oleh manusia, maka
alam itu marah yang membabi buta. Dan kalau alam itu sudah marah dan murka maka
dampaknya adalah kepada manusia itu sendiri.
Semua jawaban di atas apabila disimpulkan, karena umat
manusia sudah tidak lagi memelihara dan menjaga akhlak yang baik terhadap alam
dan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Sudah bosan rasanya telinga kita
mendengar berita-berita yang menggambarkan tentang prilaku manusia yang berbuat
tidak adil terhadap alam dan lingkungan.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ
” Telah dihiasi pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia ” ( Q.S. 3:14).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa setiap manusia diberi potensi
hawa nafsu untuk mendapatkan rasa cinta kepada wanita cantik, ingin memiliki
harta benda yang banyak seperti emas, perak, kuda pilihan (kendaraan mewah),
binatang ternak dan sawah ladang (Az-Zuhaily:1998) Mereka berlomba-lomba untuk
mendapatkan semuanya itu, walaupun dengan berbagai cara, tidak peduli apakah
cara yang digunakan itu merusak alam dan lingkungan atau tidak yang penting
bagi dirinya bahwa tujuan itu tercapai. Maka dari sinilah awal mula proses
terjadinya kerusakan alam yang mengakibatkan bencana yang sangat dasyat di
negeri ini.
Islam memandang bahwa segala musibah yang terjadi di alam
ini akibat perbuatan manusia itu sendiri. Seperti dalam firman Allah Swt.:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa musibah yang terjadi baik
di daratan maupun di lautan akibat ulah manusia yang mengumbar hawa nafsunya
untuk kepentingan dirinya. Dan musibah sengaja Allah Swt. timpahkan kepada
manusia agar manusia kembali ke jalan Tuhannya yakni jalan yang benar.
bila mempergunakan lingkungan hidup di jalan yang dimurkai
Allah Swt., misalnya membiarkan bumi (tanah) dan berbagai macam kemaksiatan
tumbuh subur di negeri ini, para pemimpin negara banyak yang korupsi, kaum
muda-mudi tidak risih memamerkan auratnya di depan umum, tayangan TV penuh
dengan pornografi dan pornoaksi, maka jangan heran bila bencana silih berganti,
sebagai peringatan dari Allah Swt. na’udzu billah min dzalik.
berakhlakulkarimah dengan lingkungan hidup adalah berani
memelihara, melestarikan, dan memanfaatkannya untuk kepentingan manusia dalam
rangka menuju ridho Allah Swt. Dan apabila dipergunakan untuk sebaliknya. Maka
bersiap-siaplah menerima bencana yang maha dahsyat, seperti dijanjikan dalam al
Qur’an :
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“ Dan hendaklah kalian takut akan fitnah (bencana) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya” (Q.S.8: 25).
Manusia di muka bumi ini adalah khalififah, yang diberi
kemampuan oleh Allah untuk mengelola, merawat dan mendaya gunakan dengan
sebaik-baiknya, apabila manusia sebagai khalifah tak mumpu mengelolanya dengan
baik maka akan munculah musibah-musibah dari hukum alam ini yang susah sekali
untuk mengelakkannya. , sekedar contoh apabila manusia membabat habis hutan
maka yang terjadi adalah banjir besar yang bisa meluluh lantakan orang yang tak
bersalah sekalipun.
Gunung-gunung yang tadinya sebagai pasak bumi (QS
al-Naba'/78:7), tiba-tiba memuntahkan debu, lahar panas, dan gas beracun (QS
al-Mursalat/77:10 atau yang baru saja menimpa saudara-saudara kita di jawa
tengah ketika lempengan-lempengan bumi bergeser maka terjadilah gempa yang
tidak terduga.
Bencana seperti ini adalah merupakan ujian bagi kita semua,
karena musibah ini telah menimpa tidak saja bagi orang yang berdosa tapi juga
bagi orang yang beriman. Mereka menanggung penderitaan yang sama, marilah kita
menghindarkan anggapan bahwa ini merupakan azab atas dosa-dosa yang diperbuat
oleh para korban sendiri., disaat kita menganggap ini azab, maka bagi korban
yang menderita akan mendapatkan kesusahan dua kali, pertama musibah itu
sediri dan yang kedua adalah suudlon kita, tentunya ungkapan-ungkapan itu akan
menyudutkan bagi yang terkena musibah. Cara kerja azab Tuhan di dalam Alquran
hanya menimpa kaum yang durhaka dan tidak menimpa atau mencederai orang-orang
yang shaleh dan taat pada Tuhan. Sedangkan cara kerja mushibah dan bala tidak
membedakan satu sama lainnya.
Memang telah terdapat ayat-ayat yang menerangkan tentang
azab umat—umat terdahulu Bentuk azab itu antara lain:
1)
banjir besar (mungkin ini gelombang tsunami pertama) seperti yang ditimpakan
pada umat Nabi Nuh;
2)
bencana alam dahsyat berupa suara yang menggemuruh seperti yang ditimpakan
kepada umat Nabi Syu'aib;
3)
tanah longsor dahsyat seperti yang ditimpakan kepada umat Nabi Luth;
Musibah adalah suatu keniscayaan yang melanda semua manusia,
baik secara perorangan maupun kelompok. Perasaan takut, lapar, kekurangan
harta, jiwa, sampai kekurangan buah-buahan yang dibutuhkan, selalu menyertai
mereka yang terkena musibah.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِنْ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرْ الصَّابِرِينَ
(البقرة155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ
وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (البقرة156) أُوْلَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ
رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُهْتَدُونَ (البقرة157)
''Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, dan
berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi
raji'un. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat
dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.'' (QS
Al-Baqarah (2): 155-157).
Ø
Cara Menyikapi Bencana Alam
Pertama : kita maknai bahwa peristiwa ini
semua adalah semata-mata ujian dari sang maha kuasa atas seluruh alam semesta
ini, dan ketika kita bisa melaluinya maka Allah akan menaikkan derajat keimanan
kita.
Seperti
sabda Rasulullah SAW, ''Siapa yang akan diberi limpahan kebaikan dari Allah,
maka diberi ujian terlebih dahulu.'' (HR Bukhari Muslim).
Yang Kedua : Semua ujian haruslah kita hadapi
dengan kesabaran,karena kesabaran adalah sebuah tanda lulusnya sebuah ujian,
seperti pada sebuah hadis : ''Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman
seluruh perkaranya menjadi baik. Ketika ditimpa musibah dia bersabar, itu
membawa kebaikan baginya. Dan ketika mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu
membawa kebaikan baginya.'' (Al-Hadis).
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا
كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا
أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ
عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ
لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا
فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (البقرة286)
''Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.'' (QS Al-Baqarah (2): 286.
Keempat : Apapun bentuk musibah yang di
derita oleh seorang muslim,baik itu berupa kesususahan, penderitaan maupun
penyakit, Allah akan menghapus sebagian kesalahan dan dosa, dengan demikian
derajat para korban bencana akan mulia, bagi yang meninggal dunia dia akan mati
syahid dan bagi yang masih hidup tentunya dengan kesabaran atas penderitaan itu
Allah akan hapus sebagian kesalahan dan dosa dosanya.
Kelima : bagi kita yang tidak secara
langsung mengalami musibah itu, hendaknya kita jadi peristiwa itu sebagai
momentum untuk menyaksikan kebesaran dan keagungan Allah, sehingga akan
menguatkan iman kita pada sang pencipta alam semesta.
Marilah kita bayangkan apabila musibah itu menimpa diri kita
sendiri, keluarga kita, atau temen-teman kita, tentunya kita akan menderita dan
susah menjalani cobaan besar ini. Maka marilah kita bantu para korban bencana
semaksimal mungkin karena sekecil apapun bantuan itu akan sangat berharga
sekali bagi kehidupan para korban yang masih hidup. Kita berharap musibah ini
akan membawa kebaikan-kebaikan dalam ridlo Allah. Kita semua berduka atas
musibah ini. Kita semua harus mohon ampun atas semua dosa. Namun, kita tidak
boleh mengeluh dan bersedih berkepanjangan serta kehilangan harapan pada Tuhan
Sembari bertobat dan mohon petunjuk Tuhan, mari kita baca hikmah dan
pembelajaran dari musibah ini.
Jalan terbaik menyikapi musibah adalah kita pasrahkan diri
kita kepada Allah SWT dengan sikap tawakkal dan tawaddhu’ serta bersabar.
Mudah-mudahan banyak hikmah yang bisa kita petik dan ambil pelajaran dalam
mengarungi kehidupan ini.
Allah SWT berfirman: “Yang menjadikan kematian dan
kehidupan, supaya Dia menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Al-Mulk 2).
Ayat ini mengajarkan kita bahwa Allah SWT akan menguji kesabaran
kita sebagai orang beriman, sama halnya dengan orang-orang yang menempuh
pendidikan, ada ujian yang dilalui agar dapat lulus dengan hasil yang
memuaskan.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika Allah berkehendak positif
kepada hamba-Nya, maka Dia akan mendahulukan siksanya terhadap hamba-Nya, dan
jika Allah berkehendak negatif terhadap hamba-Nya, maka siksa akibat
dosa-dosanya ditunda sampai ke akherat kelak.” (HR Tirmidzi).
Sikap yang diajarkan Rasulullah SAW hendaknya senantiasa
mampu kita terapkan karena lima belas abad yang lalu Nabi mengalami banyak
serangkaian musibah dan cobaan ketika berupaya meyakinkan orang-orang kafir
tentang kebenaran Islam. Cobaan dan musibah datang silih berganti. Beliau
dicela, dicaci maki dan hendak dibunuh. Tapi beliau tidak pernah berputus asa
dan menyurutkan langkah serta menganggap itu adalah “bencana” sebagai bentuk
ujian yang harus ia lalui. Nabi akhirnya dapat memetik hasil sempurna dari
perjuangannya: Islam dapat diterima.
Selain meneladani perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kita harus menyikapi musibah yang terjadi dan menimpa kita dengan tetap ber-husnuzzhan kepada Allah SWT, berbaik sangka kepada-Nya dengan memandang serba positif terhadap keputusan yang Dia ambil. Baik terhadap diri kita, orang lain dan alam seluruhnya.
Selain meneladani perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kita harus menyikapi musibah yang terjadi dan menimpa kita dengan tetap ber-husnuzzhan kepada Allah SWT, berbaik sangka kepada-Nya dengan memandang serba positif terhadap keputusan yang Dia ambil. Baik terhadap diri kita, orang lain dan alam seluruhnya.
Bagi yang memiliki sifat husnuzzhan kepada Allah SWT, bila
ia mendapat ujian kenikmatan tidak sombong tetapi tetap tawaddhu’ dan bila
mendapat musibah di kala sulit tidak berkeluh kesah, tetap kukuh berprasangka
baik kepada-Nya. Karena Allah tidak akan memberikan beban kepada umat-Nya di
luar kemampuan. Hal ini Allah tegaskan dalam firman-Nya: “Allah menghendaki
kemudahan bagimu, bukan kesusahan.” (QS Al-Baqarah 185).
Islam memberikan pedoman bagaimana menyikapi musibah
(unheil:s.) sebagaimana ditulis Ibrahim Anis dalam bukunya Al-Mu’jam Al-Wasith:
· Iman dan ridha terhadap ketentuan Allah
SWT. Sebagai orang yang beriman kita harus mempunyai keyakinan bahwa setiap
bencana dan musibah adalah benar datangnya dari Allah, tidak mengaitkan dengan
hal-hal lain seperti murkanya makhluk halus yang menunggu tempat tersebut.
Karena setiap musibah dan bencana yang menimpa kita adalah bentuk pelajaran
yang harus kita ambil hikmahnya.
· Sabar menghadapi musibah. Sabar
(ergeben) adalah orang yang mampu menahan diri terhadap bentuk ujian yang
menimpa kita dan menerimanya dengan lapang dada. Karena orang yang beriman itu
bila dia ditimpa musibah akan tetap sabar dan bila dia diberi nikmat akan tetap
tawaddhu’ atau tidak sombong (aufgeblasen).
· Ada hikmah dibalik musibah. Setiap
musibah dan bencana yang datang pasti mengandung hikmah (weisheit: w.) yang tersembunyi.
Bagi orang yang beriman menganggap itu merupakan pelajaran atau mungkin Allah
punya rencana dan maksud lain yang kita tahu rahasia dibalik musibah tersebut.
·
Tetap berikhtiar. Maksudnya tetap
berusaha untuk memperbaiki keadaan atau menghindarkan diri dari bencana yang
menimpa tidak pasrah, menunggu dan diam saja. Kita harus punya inisiatif untuk berbuat dan bertindak agar kita dapat
keluar dari kesulitan yang menghimpit.
· Bertobat. Tobat adalah kembali
kepada Allah setelah kita melakukan maksiat atau kita membersihkan semua
kesalahan yang kita perbuat dengan jalan dekat kepada-Nya. Islam tidak
memandang manusia itu bagaikan malaikat tanpa berbuat dosa, tapi sebaik-baik
manusia itu adalah segera berhenti dari perbuatan dosa dan bertobat dari kesalahan
yang diperbuat.
· Memperbanyak doa dan dzikir. Selagi
sedang ditimpa musibah kita dianjurkan memperbanyak zikir karena dengan jalan
tersebut dapat menentramkan hati dan menghilangkan kegelisahan sambil berdoa
supaya kita bisa keluar dari masalah tersebut. Nabi SAW mengajarkan dalam
doanya: “Allahumma jurnii khairon fii mushiibathii wa akhluf lii khairan
minhaa.” Artinya: “Ya Allah, berilah pahala dalam musibahku ini dan berilah
ganti bagiku yang lebih baik daripadanya.” (HR Muslim).
· Tetap Istiqamah. Seorang muslim yang
tangguh dalam menjalani cobaan yang diberikan Allah, dia tetap konsisten dan
teguh pendirian dalam menjalankan dan mengamalkan ajaran Islam. Tidak lantas
dengan ujian tersebut membuat ia semakin jauh dari ajaran agama bahkan timbul
penyakit stres atau mengambil jalan pintas bunuh diri.
I.
AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN
DITINJAU DARI SEGI AGAMA
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam lingkungan.
Kekhalifahan mengandung arti pengayom, pemeliharaan, dan pembimbingan agar
setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan
suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran,
kenyamanan hidup, tanpa membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap manusia itu sendiri yang menciptanya.
Agama islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi hubungan
manusia dengan alam lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan
prinsip-prinsip atau konsep dasar akhlak bagi manusia tentang bagaimana
bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini merupakan wujud kesempunaan Islam dan
salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang Allah yang tidak terbatas. Allah
berfirman: “pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan atas
kamu nikmat-Ku,dan aku ridlai Islam sebagai agamamu” (Q.S Al-Maidah:3).
Prinsip Islam selalu menyeimbangkan semua hal dalam kehidupan manusia.Islam
tidak mengizinkan manusia untuk lebih atau hanya memperhatikan satu sisi dengan
menghabiskan sisi yang lain.Ini bisa terwujud dalam prinsip atau nilai-nilai
Islam karena ia terbebas dari kekangan hawa nafsu dan diciptakan oleh sang
pencipta manusia, Dzat yang membuat hidup mereka mulia, mendapatkan rahmat, dan
hidayah demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat.
Sikap Islam dalam memperhatikan alam lingkungan bertujuan demi kebaikan
manusia baik di dunia maupun di akhirat, sesuai prinsip-prinsip umum berikut
ini:
Prinsip pertama,
Kemuliaan yang
diberikan Allah kepada manusia adalah bentuk yang indah, kemampuan untuk
berbicara, free will, dan kemampuan berjalan dimuka bumi, di udara, dan di
lautan dengan berbagai bentuk kendaraan. Disamping itu, mereka juga mendapatkan
anugerah rizqi yang berlimpah berupa makanan yang lezat dan baik. Di
tambah lagi keutamaan akal, pikiran, wahyu, Rasul, dan lainnya, serta kemuliaan
dan karomah jika taat kepada Allah.
Prinsip kedua
Manusia dituntut untuk memakmurkan dan melestarikan bumi. Hal ini dapat
terimplementasi dalam beberapa hal sebagai berikut:
Belajar, mencari ilmu dan mengajar.
Menunaikan amar ma’ruf nahi munkar.
Berjihad dijalan Allah dengan tujuan agar ajaran Allah tetap jaya.
Mematuhi konsep dan aturan Islam dalam kehidupan yang merupakan bentuk
ibadah kepada Allah, serta mengikuti prinsip musyawarah, keadilan, menolak
kerugian, serta mewujudkan kemaslahatan.
Prinsip ketiga
Manusia dituntut untuk berfikir dan merenungkan apa yang ada dilangit dan
apa yang ada bumi. Hal ini bertujuan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik
dengan memanfaatkan yang ada di sekelilingnya, serta lebih dapat mendekatkan
diri kepada Allah sehingga memperoleh ridlo-Nya. Akan tetapi, dalam menggunakan
akal, pikiran, dan dalam perenungannya, manusia tidak boleh melampaui apa yang
telah digariskan oleh Allah.
Prinsip keempat
Manusia dituntut untuk menghiasi diri mereka dengan keutamaan-keutamaan,
meninggalkan hal-hal yang tercela dan berinteraksi dengan baik antar sesama
manusia dan lingkungannya.
Prinsip kelima
Interaksi manusia dengan alam lingkungan bukanlah sebuah konflik ataupun
peperangan.Akan tetapi, interaksi manusia dengan alam lingkungan adalah
ketundukan alam untuk membantu manusia dengan tetap menjaga keseimbangan yang
menempatkan manusia dan alam lingkungn pada posisinya masing-masing.
Prinsip keenam
Ajaran Islam telah memberikan kebebasan kepada umat manusia dalam
berakidah,beribadah,mengungkapkan pendapat, bekerja dan mencari bekal hidup, serta
kebebasan-kebebasan lain yang sangat mereka butuhkan dalam kehidupan.
Prinsip-prinsip dasar diatas jika dilaksanakan dapat mewujudkan kebaikan
dan kebahagiaan bagi manusia. Karena prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar
akhlak dalam Islam berasal dari Allah SWT, sehingga tidak mengherankan jika
prinsip-prinsip dan nilai-nilai tersebut sesuai bagi kehidupan manusia, baik
didunia maupun diakhirat.
Berkenaan pada tujuan hidup manusia di alam dunia yang fana’
ini, adalah beribadah kepada Allah SWT dan melaksanakan amanah-Nya sebagai
khalifah dimuka bumi yang bertugas membangun, mengelola, memanfaatkan, serta
menjaga kelestarian alam lingkungan sesuai dengan petunjuk-Nya.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majjah Alhakim dengan sanad
mereka dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Setiap anak adam pasti berbuat kesalahan,dan sebaik-baik orang yang
berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat”.
Jadi, Islam mengakui dan memperhatikan realitas umat manusia, lalu
memberikan petunjuk bagaimana seharusnya mereka berperilaku dalam kehidupan
ini, demi mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan didunia dan diakhirat.
II. AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DI TINJAU DARI SEGI ETIKA
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam bentuk
tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, watak, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk
jamak (taetha) artinya adalah adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi
latar belakang terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani besar
Aristoteles (384-322 S.M) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi
jika kita membatasi pada asal usul kata ini maka”etika” adalah ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam referensi lain
dikatakan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari atau menjelaskan arti baik
dan buruk.
Berkaitan dengan akhlak pada lingkungan menurut etika, dapat dijelaskan
bahwa etika menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwardarminto,sejak
1953) arti etika adalah:
1.
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak kewajiban moral.
2.
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3.
Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Seperti telah dijabarkan di atas tentang pengertian etika, sebuah
masyarakat bahkan seluruh masyarakat di dunia ini akan beranggapan sama yaitu
lingkungan harus diperlakukan dengan baik dengan selalu menjaga, merawat
dan melestarikannya karena secara etika hal ini merupakan hak dan kewajiban
suatu masyarakat serta merupakan nilai yang mutlak adanya. Dengan kata lain
bahwa berakhlak yang baik terhadap lingkungan merupakan salah satu manifestasi
dari etika itu sendiri.
Melihat masa sekarang dimana terdapat berbagai macam musibah yang menimpa
saudara-saudara kita, itu semua tentunya tak lepas dari parangai manusia itu
sendiri. Banyak orang menganggap bahwa lingkungan hanya sebagai objek untuk
mendapatkan sesuatu tanpa memikirkan sebab akibat dan pelestariannya.
Berbagai macam kasus tentang perusakan lingkungan telah banyak terjadi di
Indonesia diantaranya:
1.
Pembakaran hutan yang dilakukan oleh masyarakat pedalaman Kalimantan.Walaupun
hal ini dilakukan dalam rangka untuk menjadikan sebagai lahan pertanian, tetapi
hal ini terbukti tidak efektif karena penjalaran api yang begitu cepat
menyebabkan melebarnya lahan yang terbakar. Hal ini tentunya sangat berakibat
buruk tidak hanya bagi masyarakat setempat tetapi juga masyarakat dunia karena
pulau Kalimantan merupakan paru-paru dunia yang memproduksi banyak oksigen
untuk kelangsungan hidup manusia.
2.
Membuang sampah sembarangan terutama di ibukota Jakarta yang menyebabkan
terhalangnya aliran air sungai yang menyebabkan sungai menjadi kotor dan bau
terlebih lagi mengakibatkan banjir yang menjadi langganan Jakarta setiap
tahunnya.
3.
Belum lama ini kasus mengenai pabrik yang ada di Provinsi Riau yang membuang
limbahnya di sungai sehingga menyebabkan hilangnya mata pencaharian penduduk
dikarenakan ikan-ikan mati.
Dari penjabaran di atas, tentunya kita dapat mengambil pelajaran bahwa
sebab dari kelakuan kita yang buruk terhadap lingkungan akan berakibat sangat
fatal. Lingkungan yang seharusnya menjadi tempat hidup, justru menjadi penyebab
sengsara dan kematian. Dampaknya pun meluas tidak hanya pada masyarakat
setempat yang terkena musibah tetapi pada masyarakat luas pula.
Ketika kata “etika” hanya dijadikan simbol oleh masyarakat tanpa
peduli pada aspek untuk mengamalkannya, maka jelaslah bahwa masyarakat itu
telah mengalami kerusakan. Oleh karena itu aspek “etika” dalam masyarakat harus
dikedepankan dan dilaksanakan karena etika di dalam sebuah masyarakat merupakan
dasar bagi perbuatan manusia karena etika mencakup baik, buruk, benar, salah
dan juga mencakup aspek moral atau akhlak. Oleh karena itu marilah kita
berakhlak baik kepada lingkungan yaitu dengan menjaga, merawat dan
melestarikannya sehingga akan terwujud kehidupan yang aman damai sejahtera dan
hal itu tentunya menjadi tujuan adanya etika di dalam masyarakat baik berbangsa
maupun bernegara.
II.
AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DI
TINJAU DARI SEGI BUDAYA
Sebagai seorang mmanusia yang kodratnya adalah makhluk sosial,kita patut
mempunyai dasar pengetahuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitar
kita, dasar pengetahuan itu adalah budaya yg bertujuan agar kita bisa hidup
berdampingan dengan baik. Faktor inilah yang menurut kita menjadi awal mula
adanya budaya didalam suatu kelompok masyarakat. Mereka menciptakan sesuatu
yang bisa membuat mereka menjalin kesatuan didalam kehidupannya. Budaya itu
sendiri pastilah suatu kesepakatan bersama dari penciptanya, berdasarkan nilai,
norma, dan moral yang positif yang beredar di masyarakat tersebut.
Contoh budaya baik adalah seorang ibu mengajari anaknya menanam pohon di
pekarangan rumah,agar rumah senantiasa indah. Contoh lain, membiasakan diri
bangun pagi, mengembangkan malu sebagai kontrol diri, dan lain sebagainya.
Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya
mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan
dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir
masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang
dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat
dihadapkan pada kenyataan semakin merajalelanya orientasi hidup yang materialistis
sementara dimensi spiritual dan ukhrawi semakin tersingkir. Pola hidup
masyarakat telah bergeser kearah materialisme, hedonisme, konsumerisme,
individualisme dan sikap masa bodoh (permisif). Pola hidup yang seperti itu
pada akhirnya mengakibatkan semakin maraknya praktik maksiat, kejahatan dan
perilaku yang menyimpang.
Berbagai krisis yang menimpa bangsa indonesia, khususnya masalah akhlak,
disebabkan oleh tidak adanya budaya malu dikalangan para pemimpin dan
masyarakat luas, disamping oleh lemahnya mekanisme kontrol yang dalam bahasa
agama islam dikenal dengan istilah Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Bangsa
indonesia cenderung bersikap permisif dan membiarkan terjadinya
kemaksiatan dan kemungkaran. Akibatnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) berkembang luas dikalangan pejabat pemerintah mulai dari kepala desa
hingga presiden tanpa ada orang yang berani melarang apalagi
menghentikannya. Pada saat yang sama, berbagai bentuk maksiat dan munkarat,
mulai dari penebangan hutan, perjudian, perzinaan, pemerkosaan, penyalah gunaan
obat-obat terlarang, minuman keras, dan berbagai bentuk kedzoliman
semakin merajalela
Menghadapi keadaan yang sangat menyedihkan diatas, tidak ada alterntif lain
kecuali menghayati nilai-nilai luhur budaya dan mengaktualisaikannya dalam
bentuk kepribadian yang baik, dalam mewujudkan Indonesia baru sebagai negara
yang gemah ripah loh jinawe tata tenterem karto raharjo dibawah naungan
ridla Allah SWT yang dalam istilah Al-Qur’an disebut baldatun thayyibatun wa
robbun ghofur.(Q.S.Ar-ruum: ). Selain itu para pemimpin harus menunjukkan
jalan kebahagiaaan kepada umatnya. Lebih terpuji lagi jika mereka dapat
mengantarkan umatnya ke pintu gerbang kebahagiaan. Dengan kata lain, seorang
khalifah (pemimpin) tidak sekedar menunjukkan tetapi mampu pula memberi contoh
sosialisasinya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia
diciptakan sebagai khalifah di bumi. Semua yang ada di bumi termasuk alam
semesta diciptakan untuk manusia. Seharusnya kita menyadari bahwa Allah manciptakan
flora & fauna untuk kemanfaatan manusia, seperti halnya, dengan mengambil
manfaat dari buah-buahan. Karena itu kita harus menjaga dan melestarikannya.
Jangan sampai kita membuat kerusakan terhadap flora & fauna.
Oleh karena itu marilah kita berakhlak baik kepada lingkungan yaitu dengan
menjaga, merawat dan melestarikannya sehingga akan terwujud kehidupan yang aman
damai sejahtera dan hal itu tentunya menjadi tujuan adanya etika di dalam
masyarakat baik berbangsa maupun bernegara.
Selain itu, para pemimpin juga harus mampu mengantarkan umat (Rakyat) nya
menuju pintu gerbang kebahagiaan jika mereka memiliki akhlak yang luhur
sehingga segala kebaikan mendarah daging dalam diri mereka. Hal ini harus
menjadi pertimbangan utama dalam memilih pemimpin terutama pada Era sekarang
ini. Karena bagaimana mungkin bangsa indonesia mampu mengkikis praktek korupsi,
kolusi, dan nepotisme yang menjerumuskan bangsa Indonesia ke jurang kehancuran
bila para pemimpinnnya tidak memiliki akhlak yang luhur.
1.
Dia (Allah)
menundukkan untuk kamu; semua yang ada di langit dan di bumi semuanya (sebagai
rahmat) dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13). Ini berarti bahwa alam raya telah
ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan
sebaik-baiknya.
2.
Cara
memelihara kebersihan lingkungan:
3.
Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
1. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai
2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
3. Mengolah tanah sebagaimana mestinya
4. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong
4.
Pengeksploitasian
terhadap sumber daya alam harus dilakukan secara proporsional, tidak boleh
berlebihan. Jika mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan maka
ekosistem lingkungan bisa rusak sehingga masyarakat setempat dan juga industri
tersebut akan mendapatkan dampak buruknya.
5.
Cara
menyikapi bencana : iman dan ridho terhadap ketentuan Allah SWT, sabar dalam
menghadapi musibah, ada hikmah dibalik musibah, tetap berikhtiar, bertobat,
memperbanyak do’a dan dzikir, tetap istiqomah.
B. Saran
0 Komentar