1.
Merkantilisme
Pengertian
Merkantilisme
Terminologi: mercari (Latin) , yang berarti
"jual beli," yang berakar dari kata merx, berarti
"komoditas."
Merkantilisme adalah suatu sistem politik ekonomi:
1. Negara/raja
memiliki wewenang yang besar dalam sistem ekonomi
2. Kemakmuran
suatu negara/raja diukur dari jumlah logam mulia yang dimiliki
3. Perdagangan
luar negeri/ perdagangan internasional merupakan jalan utam
memperoleh kekayaan (logam mulia)
Tujuan dari merkantilisme adalah:
1.
Memperbanyak
aset dan modal negara/raja
2.
melindungi
perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara
3.
untuk
membiayai negara/raja sebagai satu-satunya penguasa ekonomi
4.
membiayai
dan memperkuat armada perang
Pada
intinya, ide pokok kelompok merkantilis ini adalah sebagai berikut:
Negara
harus memperbanyak kekayaannya dengan menumpuk logam mulia.
Volume perdagangan global harus
ditingkatkan dengan memperbesar ekspor dan
menekan impor.
Surplus
yang diperoleh dari nett
ekspor akan
dibayar dengan logam mulia, sehingga semakin banyak logam mulia yang
diperoleh dari luar negeri.
Jumlah logam mulia yang dimiliki
suatu negara sebagai alat pembanding tingkat kemakmuran diantara negara yang
lain.
Logam mulia digunakan sebagai modal membiayai
armada perang untuk
memperluas perdagangan luar negeri dan penyebaran agama.
Sejarah
Merkantilisme
Merkantilisme
adalah suatu aliran filsafat ekonomi yang tumbuh dan berkembang dengan
pesat pada abad ke-16 sampai
abad ke-18 di Eropa
Barat. Karena
itulah mengapa semua ahli ekonomi Eropa pada
periode tersebut dianggap sebagai merkantilis. Padahal istilah 'merkantilis'
sediri saat itu belum dikenal. Merkantilisme baru diperkenalkan pertama kali
oleh Victor de Riqueti, marquis de Mirabeau pada tahun [1763], dan dipopulerkan
oleh Adam Smith pada tahun 1776 dalam bukunya The
Wealth of Nations.
Abad ke-16 di Eropa tengah
bermunculan negara-negara merdeka seperti Inggris, Perancis, Jerman, Italia dan
Belanda. Mereka memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan kedaulatan,
kebebasan dengan menunjukkan kesejahteraan rakyatnya. Ciri utama dari paham
merkantilisme ditandai dengan campur tangan negara/raja secara menyeluruh dalam
setiap sendi ekonomi. Filosofi merkantilisme memberi dukungan penuh bagi
negara/raja untuk mengintervensi dan mengatur perekonomiannya. Sehingga
merkantilisme menjadi sebuah tahap dalam perkembangan
sejarah kebijakan ekonomi dimana kebijakan ekonomi dikaitkan dengan erat kepada kesatuan
politik dan kekuatan nasional.
Merkantilisme menitik beratkan kemakmuran suatu negara dari tingkat kekayaannya.
Pengumpulan kekayaan negara/raja dapat dilakukan dengan peningkatan volume
perdagangan. Volume perdagangan dapat ditingkatkan dengan (1)peningkatan
produksi dan (2)perluasan pasar. Kebutuhan akan pasar inilah yang yang
menimbulkan peperangan di negara Eropa dan dan lahirnya imprealisme.
Pada awal abad ke-16 beberapa
kota besar seperti London, Paris dan Napoli mulai bermunculan. Di
kota-kota itu berbagai
produk mulai dibuat oleh pengrajin. Periode ini
menandai kemunculan Masyarakat
Pasar
(Market Society). Saat merkantilisme berkembang,
Bangsa Eropa telah mengenal logam mulia sebagai medium of exchange
(uang), sehingga kemudian menetapkan standar ukuran kemakmuran suatu negara
dengan jumlah logam mulia yang dimiliki. Semakin banyak logam mulia, maka
semakin makmur negara itu dibandingkan dengan negara lainnya. Peningkatan
produktivitas diperlukan untuk meningkatkan ekspor, yang bisa mendatangkan
surplus perdagangan.
Selain peningkatan produksi, upaya
menambah kekayaan dalam merkantilisme adalah perluasan pasar. Merkantilisme
memandang perdagangan internasional sebagai suatu aspek penting.
Perdagangan internasional adalah cara untuk memperluas pasar dalam rangka
mendapatkan surplus perdagangan sebesar-besarnya. Kekayaan suatu negara diukur
dari perbandingan ekspor impornya. Seolah-olah ekspor dan impor berada dalam
suatu timbangan, di mana jika ekspor berlebih maka neraca perdangangan dianggap
untung. Dengan adanya keuntungan maka terjadi peningkatan pendapatan negara
yang harus dibayar dan diimbangi secara tunai dengan emas. Perpanjangan tangan
para penguasa pada merkantilisme terlihat dari kebijakan ekonomi proteksi,
dimana negara/raja mendukung ekspor dengan insentif dan menghadang import
dengan tarif. Cara perluasan pasar yang dilakukan pada masa merkantilisme ini
adalah dengan penjelajahan samudra, membuka wilayah-wilayah baru untuk di
eksplorasi. Penjelajahan bangsa Eropa ini pada akhirnya membawa ketamakan untuk
menguasai sumber daya alam mereka sebagai bagian dari kekayaan negara/raja-nya.
Mereka menjadi wilayah-wilayah baru tersebut sebagai jajahan/koloni mereka.
Daerah koloni dipaksa untuk menghasilkan bahan mentah untuk keperluan industri
dan dipaksa untuk membeli hasil industri negara induk.
Contoh raja pengikut/ penganut
sistem merkantilisme :
1. Raja Karel V dari negara Spanyol
2. Ratu Elizabeth dari Inggris
3. Prinsmaurits berasal dari Belanda
4. Louis XIV dari Prancis
Dampak
Merkantilisme Eropa pada Sejarah Dunia
Merkantilisme
melahirkan kapitalisme. Kapitalisme melahirkan imprealisme.
Ekonomi Kerajaan Inggris semakin meningkat pada zaman Raja
Henry VII. Inggris memperoleh keuntungan besar dari perdagangan luar negerinya.
Kemudian, merkantilisme mendorong pemerintah untuk menguasai daerah lain yang
akan dimanfaatkan sebagai daerah monopoli perdagangannya. Kesuksesan Inggris
memanfaatkan daerah-daerah koloninya, membuat Bangsa Eropa tergiur
(Belanda, Perancis dan Spanyol). Tak heran merkantilisme semakin memperluas
peperangan antar-bangsa-eropa dalam rangka memperebutkan daerah-daerah koloni
di penjuru dunia. Politik merkantilisme ini jugalah yang melahirkan
terbentuknya persekutuan dagang masyarakat Eropa, seperti EIC di India dan VOC
di Indonesia.
2.
Ekonomi Klasik Dan New Klasik
Menurut teori klasik (yang
dikemukakan oleh Adam Smith) suatu negara mengalami pertumbuhan ditandai
dengan:1. Pertumbuhan jumlah penduduk, dan2. Peningkatan output (GNP).Jumlah
penduduk dianggap faktor yang pasif. Dengan demikian pertumbuhan suatu negara
lebihtergantung pada pertumbuhan output (GNP). Sedangkan pertumbuhan output
sangat tergantungkepada jumlah modal yang ditanam, modal ditentukan oleh jumlah
laba yang diperoleh, labatergantung kepada pasar (permintaan) dan permintaan
tergantung pada jumlah penduduk dan penduduk tergantung pada upah, upah
tergantung pada output. Asumsi klasik menyatakan bahwafaktor alam bersifat
konstan. Maka pada suatu saat tingkat produksi itu akan mencapai tingkat
“Full Employment”, artinya
pendayagunaan alam, modal, dan tenaga kerja akan mencapai
tingkat optimum, sehingga pada suatu
saat jumlah output tidak bisa ditingkatkan lagi karenasudah optimum, maka
akibatnya tingkat upah akan tetap, karena upah tetap maka penduduk punakan
tetap, karena biaya hidup penduduk tergantung pada upah.Dengan demikian kalau
kondisi Full Employment tersebut sudah tercapai itu artinya ekonomiakan
mengalami kemandegan, dan pada akhirnya ekonomi akan substemekonomi yang statis
dan pas-pasan.Pada prinsipnya teori yang dikemukakan oleh David Ricardo
sama dengan yang dikemukakanoleh Adam Smith.Dengan asumsi bahwa faktor alam
tetap, sedangkan penduduk bertambah pesat maka pada suatusaat tingkat
perkembangan ekonomi akan sangat rendah dan tidak berkembang.Teori
neoklasik a. Robert Sollow
– Trevor SwanAnggapannya bahwa:1. tenaga kerja
(penduduk) tumbuh dengan laju tertentu2. ada kecenderungan menabung dari
masyarakat3. seluruh tabungan diinvestasikan4. dan fungsi produksi Q = f (K.L).
artinya bahwa hasil produksi itu dihasilkan dari kombinasiantara faktor modal
dan tenaga kerja.Sollow
– Swan berkesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh:1. pertumbuhan penduduk 2. akumulasi modal3. kemajuan
teknologi. b. Menurut Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
tingkat investasi.Pengeluaran investasi mempunyai pengaruh terhadap permintaan
dan penawaran.c. Aliran baruyang termasuk aliran baru adalah W.W. Rostow
membagi tahap pertumbuhan ekonomi terdiridari:
a. masyarakat tradisional, masih mementingkan diri
sendiri
b. prasyarat lepas landas (transisi)
c. lepas landas (take off)
d. tingkat kematangan (maturity)
e. masa konsumsi tinggi (high consumption).
3.
Sistem
Ekonomi Kapitalis
Secara
historis perkembangan kapitalisme merupakan bagian dari gerakan liberalisme
yang mulai muncul pada tahun 1648 setelah tercapainya perjanjian Westphalia,
perjanjian yang mengakhiri perang tiga puluh tahun antara Katolik dan Protestan
di Eropa yang selanjutnya menetapkan bahwa sistem negara mereka adalah
merdeka yang didasarkan pada kedaulatan dan menolak ketundukan pada otoritas
politik Paus dan Gereja Katolik Roma. Sejak itu aturan main kehidupan
dilepaskan dari gereja, dengan anggapan bahwa negaralah yang paling tahu
kebutuhan dan kepentingan warganya, sementara agama diakui keberadaannya tetapi
dibatasi hanya di gereja.
Liberalisme
semakin berkembang dengan sokongan rasionalisme yang menyatakan bahwa rasio
manusia dapat menerangkan segala sesuatu secara komprehensif yang kemudian
melahirkan pendapat bahwa manusia sendirilah yang berhak membuat peraturan
hidupnya dan mempertahankan kebebasan manusia dalam hal kebebasan beragama,
kebebasan berpendapat, kebebasan individu dan kebebasan hak milik. Dari kebebasan
hak milik inilah dihasilkan sistem ekonomi kapitalisme, dimana kapitalisasi
menjadi corak yang paling menonjol dalam sistem ekonomi ini.
Kapitalisme
adalah sistem ekonomi yang berasakan kepentingan pribadi, dimana nilai produksi
dan konsumsi semata-mata untuk menggaet profit. Sistem kapitalisme sama sekali
tidak mengindahkan kesejahteraan sosial, kepentingan bersama, kepemilikan
bersama ataupun yang semacamnya. Asas kapitalisme adalah kepuasan sepihak,
alias setiap keuntungan adalah milik pribadi.
Contoh
paling mudah dari sistem kapitalisme ini bisa digambarkan dari aktualitas
Amerika Serikat yang meyakini bahwa mereka adalah penganut sistem ekonomi
campuran (kapitalisme dan sosialisme), pada dasarnya mereka tetap tidak bisa
lepas dari unsur kapitalis dalam prakteknya.
Hal ini
diungkapkan oleh seorang ekonom Joseph A. Schumpeter sebagai ‘sistem destruksi
kreatif’. Dimana menurutnya, setiap perusahaan dalam pasar kecil maupun pasar
kompetitif, akan selalu dapat berjalan ke arah yang lebih baik setelah
restrukturisasi, yaitu dengan selalu mengadakan pergantian pekerja dan
pergantian modal, karena mereka akan selalu digantikan dengan yang lebih baik.
Tiap individu juga diyakini mampu menghasilkan modal sendiri, tanpa perlu
mencemaskan campur tangan pemerintah.
Sekilas
cara pandang ini terlihat normal, dimana komponen-komponen pasar tersusun rapi
dalam mekanisme yang jelas. Namun hasilnya akan muncul ketimpangan dan
menimbulkan suatu masyarakat yang tidak egalitarian, dimana beberapa individu
akan menjadi lebih kaya dari individu lain, dan yang miskin akan semakin
miskin. Begitu juga dengan semakin meningkatnya angka pengangguran dan
kriminalitas serta aksi anarki dimana-mana.
Menurut
James Paulsen, kepala strategi investigasi di Wells Capital Management, Amerika
Serikat sedang mengalami kebangkrutan kasat mata karena deficit keuangan negara
adidaya tersebut. Tercatat defisit Amerika Serikat naik 22 persen dibandingkan
tahun sebelumnya menjadi USD 120 miliar atau Rp. 1.150 triliun, akibatnya Obama
dan pihak legislative akan menaikkan pajak dan menurunkan belanja negara secara
besar-besaran yang mulai diluncurkan per 1 Januari tahun ini.
Dalam
kapitalisme, meskipun keuntungan yang didapat sangatlah besar, kemudian
tercipta kompetisi sehat antar pasar tanpa risau terhadap campur tangan
pemerintah, dan setiap pemilik modal bebas menentukan pekerjaan atau usaha apa
yang akan mereka jalankan, tetap saja menciptakan beberapa nilai negative dan
juga anomali. Kasus yang terjadi seperti perbedaan kelas ekonomi yang semakin
nyata lantaran keuntungan sepihak yang hanya diperoleh kaum minoritas atau
elitis saja, tanpa mengindahkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
4.
Sistem Ekonomi sosialis
Sistem Ekonomi sosialis yaitu sistem ekonomi yang seluruhkegiatan ekonominya direncanakan,
dilaksanakan, dan diawasi oleh pemerintah secara terpusat. Sistem ekonomi
sosialis tidak sama dengan sistem ekonomi komunis, sosialisme merupakan tahap
persiapan ke komunisme.
Sistem
ekonomi sosialis mempunyai tujuan kemakmuran bersama, filosofi ekonomi sosialis
adalah bagaimana mendapatkan kesejahteraan, perkembangan sosialisme dimulai
dari kritik terhadap kapitalisme yang pada waktu itu kam kapitalis atau kam
borjuis mendapat legitimasi gereja untuk mengeksploitasi buruh. Inilah yang
menjadikan Karl Marx mengkritik sistem kapitalis sebagai ekonomi yang tidak
sesuai dengan aspek kemasyarakatan.
Menurut Marx, tidak ada tempat bagi
kapitalisme didalam kehidupan, maka upaya revolusioner harus dilakuakan untuk
menghancurkan kapitalisme, alat-alat produksi harus dikuasai oleh Negara guna
melindungi rakyat. Kritik Marx atas kapitalisme ini diimplementasikan oelh
Lenin dalam bentuk institusi Negara. Pada awal mulanya Lenin mengutarakan
beberapa hal yang harus dilakukan untuk mensosialisasikan paham baru kepada
masyarakat Rusia setelah jatuhnya pemerintahan lama antara lain : Pertama,
menggunakan propaganda bahwa komunisme adalah partai rakyat. Kedua, adanya
infiltrasi organisasi-organisasi masyarakat, dan Ketiga, kekerasan, hal itu
dilakukan untuk mengembangkan idiologi Lenin dalam masyarakat yang harus
dimerdekakan dari penindasan pasar Rusia.
Ciri-ciri sistem ekonomi Sosialis
Ciri-ciri sistem ekonomi Sosialis
·
Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme).
- Masyarakat dianggap sebagai satu-satunya kenyataan sosial, sedang
·
individu- individu
fiksi belaka.
- Tidak ada pengakuan atas hak-hak pribadi (individu) dalam sistem sosialis.
·
Peran pemerintah sangat kuat
- Pemerintah bertindak aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga tahap
pengawasan.
- Alat-alat produksi dan
kebijaksanaan ekonomi semuanya diatur oleh negara.
·
Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi
- Pola produksi (aset dikuasai masyarakat) melahirkan kesadaran kolektivisme
(masyarakat
sosialis)
- Pola produksi (aset dikuasai individu) melahirkan kesadaran individualisme.
5. Sistem Ekonomi Sosial
Dalam sistem ekonomi sosialisme mempunyai beberapa prinsip dasar sebasagai berikut:
1) Pemilikan
Harta oleh Negara Seluruh bentuk produksi dan sumber pendapatan
menjadi milik masyarakat secara keseluruhan. Hak individu untuk memiliki harta
atau memanfaatkan produksi tidak diperbolehkan.
2)
Kesamaan Ekonomi Sistem ekonomi sosialis menyatakan, (walaupun sulit ditemui
disemua Negara komunis) bahwa hak-hak individu dalam suatu bidang ekonomi
ditentukan oelh prinsip kesamaan. Setiap individu disediakan kebutuhan hidup
menurut keperluan masing-masing.
3)
Disiplin Politik Untuk mencapai tujuan diatas, keseluruhan Negara diletakkan
dibawah peraturan kaum buruh, yang mengambil alih semua aturan produksi dan
distribusi. Kebebasan ekonomi serta hak kepemilikan harta dihapus. Aturan yang
diperlakukan sangat ketat untuk lebih menggefektifkan praktek sosialisme. Hal
ini yang menunjukkan tanpa adanya upaya yang lebih ketat mengatur kehidupan
rakyat, maka keberlangsungan system sosialis ini tidak akan berlaku ideal
sebagaimana dicita-citakan oleh Marx, Lenin dan Stalin.
Kelebihan Sistem Ekonomi Sosial
Adapun kebaikan-kebaikan dari Sistem Ekonomi Sosialis adalah
1) Disediakannya kebutuhan pokok
Setiap
warga Negara disediakan kebutuhan pokoknya, termasuk makanan dan minuman,
pakaian, rumah, kemudahan fasilitas kesehatan, serta tempat dan lain-lain.
Setiap individu mendapatkan pekerjaan dan orang yang lemah serta orang yang
cacat fisik dan mental berada dalam pengawasan Negara.
2) Didasarkan perencanaan Negara
Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan Negara
Yang sempurna, diantara produksi dengan penggunaannya. Dengan demikian masalah
kelebihan dan kekurangan dalam produksi seperti yang berlaku dalam System
Ekonomi Kapitalis tidak akan terjadi.
3) Produksi dikelola oleh Negara
Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh Negara,
sedangkan keuntungan yang diperoleh akan digunakan untuk
kepentingan-kepentingan Negara.
Kelemahan Sistem Ekonomi Sosial
Kelemahan Sistem Ekonomi Sosial
Sistem Ekonomi Sosialis mempunyai kelemahan sebagai berikut :
1) Sulit melakukan transaksi
Tawar-menawar sangat sukar dilakukan oleh individu yang
terpaksa mengorbankan kebebasan pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadi
hanya untuk mendapatkan makanan sebanyak dua kali. Jual beli sangat terbatas,
demikian pula masalah harga juga ditentukan oelh pemerintah, oelh karena itu
stabilitas perekonomian Negara sosialis lebih disebabkan tingkat harga
ditentukan oleh Negara, bukan ditentukan oelh mekanisme pasar.
2) Membatasi kebebasan
System tersebut menolak sepenuhnya sifat mementingkan diri
sendiri, kewibawaan individu yang menghambatnyadalam memperoleh kebebasan
berfikir serta bertindak, ini menunjukkan secara tidak langsung system ini
terikat kepada system ekonomi dictator. Buruh dijadikan budak masyarakat yang
memaksanya bekerja seperti mesin.
3) Mengabaikan pendidikan moral
Dalam system ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai
tujuan ekonomi, sementara pendidika moral individu diabaikan. Dengan demikian,
apabila pencapaian kepuasan kebendaan menjadi tujuan utama dan nlai-nilai moral
tidak diperhatikan lagi
6.
Sistem Perekonomian Komunisme
Komunisme
adalah suatu sistem perekonomian di mana peran pemerintah sebagai pengatur
seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak diperbolehkanmemiliki
kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang bisa ditentukan oleh pemerintah.
Semuaunit bisnis mulai dari yang kecil hingga yang besar dimiliki oleh
pemerintah dengan tujuan pemerataan ekonomi dan kebersamaan. Namun tujuan
sistem komunis tersebut belum pernahsampai ke tahap yang maju, sehingga banyak
negara yang meninggalkan sistem komunismetersebut.
Secara Umum Pengertian Komunisme
Komunisme muncul sebagai aliran
ekonomi, ibarat anak haram yang tidak disukai olehkaum kapitalis. Aliran
ekstrim yang muncul dengan tujuan yang sama dengan sosialisme, seringlebih
bersifat gerakan ideologis dan mencoba hendak mendobrak sistem kapitalisme dan
systemlainnya yang telah mapan.Kampiun Komunis adalah Karl Marx. Sosok amat
membenci Kapitalisme ini merupakankorban saksi sejarah, betapa ia melihat para
anak-abak dan wanita-wanita termasuk keluarganyayang dieksploitir para
kapitalis sehingga sebagian besar dari mereka terserang penyakit TBC dantewas,
karena beratnya penderitaan yang mereka alami. Sementara hasil jerih payah
merekadinikmati oleh para pemilik sumber daya (modal) yang disebutnya kaum
Borjuis.
Kata Komunisme secara historis sering digunakan untuk menggambarkan sistem-sistemsosial di mana
barang-barang dimiliki secara bersama-sama dan distribusikan untuk
kepentingan bersama sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota
masyarakat. Produksi dan konsumsi
Pada tahun 1966 Indonesia memasuki masa orde baru, dimana
fokus perhatian pembangunannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sehingga pada waktu pemerintah kembali membuka hubungan dengan pihak barat dan
menutup hubungan dengan dunia timur yang memiliki paham komunis. Selain itu
juga Indonesia kembali masuk menjadi anggota PBB dan lembaga-lembaga dunia
lainnya seperti dana moneter internasional (IMF), bank dunia dan sebagainya.
Pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah dengan melakukan rencana
pembangunan lima tahun secara bertahap (Repelita) dimana difokuskan pada
peningkatan inflasi, mengurangi difisit keuangan pemerintah, menghidupkan
kembali kegiatan produksi, dan sektor-sektor lainnya yang dianggapan paling
strategis.
Dalam melakukan pembangunan ekonomi di era orde baru Suharto
mencoba berpijak kepada teori Rostow yang mengemukakan 5 tahap
pembangunan, yaitu :
1.
Masyarakat tradisional yang memiliki Social Capasitis
2. Menyiapkan masyarakat yang pra
kondisi untuk lepas landas
3.
Masyarakat yang lepas landas
4.
Masyarakat yang berbenah mental (kedewasaan)
5.
Masyarakat yang konsumsinya tinggi
- Kemauan yang kuat (political will)
Suharto memiliki
kemauan yang kuat untuk membangun ekonomi Indonesia, dengan cara membuka
kemabali hubungan dengan dunia barat.
- Stabilitas politik dan
ekonomi
Pemerintah
mampu menyatukan bangsa dan kelompok-kelompok masyarakat dengan menyakinkan
bahwa pembangunan ekonomi dan social adalah salah satu jalan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kemudian pemerintah juga mampu menekan tingkat inflasi
yang terjadi.
- Sumber daya manusia yang lebih baik
Lebih memiliki SDM yang lebih baik,
sehingga pemerintah memiliki kemampuan untuk menyusun program dan strategi
pembangunan dengan kebijakan-kebijakan serta mampu memanage ekonomi
makro.
- Sistem politik
dan ekonomi yang terbuka
Memiliki sistem
politik dan ekonomi yang terbuka dengan berorientasi dengan dunia barat. Hal
ini sangat membantu khususnya dalam memperoleh bantuan pinjaman luar negeri,
penanaman modal asing dan transfer iptek.
- Kondisi ekonomi dan politik dunia
yang lebih baik
Setelah perang Vietnam dan perang
dingin berakhir, kondisi perekonomian dan politik didunia lebih baik, dimana
setiap negara mulai memperbaiki sistem politik dan ekonomi untuk membangun
negara setelah perang.
Oleh karena itu sistem ekonomi yang
dikembangkan seperti yang termaktub didalam UUD 1945 pasal 33 yang menginginkan
kesejahteraan sosial, dimana demokrasi ekonomi tersebut yang menjadi dasar
pelaksanaan pembangunan memiliki ciri-ciri yang positif dan negatif.
Ciri Positif :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan azas kekeluargaan.
2.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
3.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4.
Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permufakatan
lembaga-lembaga perwakilan rakyat, serta pengawasan terhadap kebijaksanaannya
ada pada lembaga perwakilan rakyat pula.
5. Warga negara
memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak
akan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
6.
Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan masyarakat.
7. Potensi, inisiatif
dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam
batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
8. Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara.
Ciri Negatif :
a.
Sistem Free Fight Liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap
manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan
dan mempertahankan struktural posisi Indonesia dalam ekonomi dunia.
b. Sistem etatisme dalam mana negara
beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak dan mematikan
potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
c. Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu
kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.
8. Post-industrial
Post-industrial
society
adalah konsep ekonomi yang menjelaskan bahwa sektor jasa menghasilkan
kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan sektor industri atau manufaktur di
beberapa negara. Konsep ini dipopulerkan oleh Daniel Bell, dan sangat berkaitan
dengan konsep serupa seperti post-fordism, information society, knowledge economy, post-industrial economy, liquid modernity, dan network society.
Era post-industrial society
ditandai dengan:
- Ekonomi menuju transisi dari
memproduksi barang menjadi menyediakan jasa.
- Pengetahuan menjadi bentuk
modal yang berharga.
- Memproduksi ide adalah jalan
utama untuk menumbuhkan ekonomi.
- Melalui proses globalisasi dan
automasi, nilai dan kepentingan terhadap ekonomi ala kerah biru (buruh),
pekerjaan yang tidak bersatu, termasuk buruh manual (contoh: pekerjaan
lini perakitan) menurun. Lalu pekerjaan profesional (seperti ilmuwan,
profesional di bidang industri kreatif, dan profesional IT) bertumbuh.
- Teknologi, sains, dan
keterampilan informasi meningkat dan jadi kebiasaan sehari-hari.
Istilah
ini dipopulerkan oleh Daniel Bell dalam karyanya “The Coming of
Post-Industrial Society” dan lazim digunakan oleh tokoh-tokoh dunia bahkan
(mantan) presiden A.S Bill Clinton sempat melontarkan istilah serupa untuk
menggambarkan pertumbuhan China saat diskusi meja bundar di Shanghai 1998.
Di
balik kondisi saat ini yang ternyata semakin mendekati istilah yang digambarkan
Bell, Post Industrial Society mendapatkan kritik seperti:
- Neologism
Ketika sejarawan dan sosiologis melihat revolusi yang terjadi saat masyarakat agricultural, mereka tidak menyebut keadaan tersebut sebagai “post-agricultural society”. Salah pengkritik, Ivan Illich, menggambarkan kritik tersebut dan menemukan frase convivial society untuk menjelaskan lebih akurat tentang era post-industrial society. - Kritik Sosial
Group ahli geografi (seperti Allen Scott dan Edward Soja) berargumen bahwa industri tetap merupakan pusat dari seluruh proses akumulasi kapitalis, yang berarti jasa tidak hanya meningkat terindustrilisasi dan terautomasi, tetapi juga tetap bergantung pada pertumbuhan industri.
Pemahaman
mengenai Post-Industrial Society ini memang harus dikaji lebih mendalam.
Terlepas dari istilah apapun yang digunakan untuk menggambarkan Post-Industrial
Society, teori mengenai kritik sosial sangat layak diajukan karena memiliki
argumen yang kuat bahwa pertumbuhan sektor jasa sebenarnya dilakukan untuk
sektor industri yang kebutuhannya semakin tinggi.
Untuk
memahami seberapa mirip kondisi kita dengan era Post-Industrial Society
yang digambarkan Bell, mari kita kaji lebih lanjut kecocokan karakteristik era
dengan kejadian yang berlangsung di masyarakat kita.
Jika
melihat lebih lanjut, karakter dua dan tiga merupakan syarat mutlak dari
keberlangsungan sistem bisnis. Artinya, statement tersebut bukan hanya sesuatu
yang terjadi di era post-industrial, tetap juga berlangsung di era
industri. Karakter pertama cenderung tidak tepat diajukan.
Saya
masih tidak bisa memahami kenapa kita berada pada pergerakan perdagangan dari
barang menjadi jasa. Proses bisnis yang dilakukan pada era industrial pun
sebenarnya merupakan perdagangan jasa. Mereka membeli barang jadi dan mengubah
barang tersebut menjadi memiliki nilai jual tinggi kemudian menjualnya.
Industri bergerak untuk menciptakan nilai jual dan manfaat yang lebih tinggi
dari barang utamanya. Justru karena proses itulah era industri berkembang.
Meskipun perusahaan sama-sama kembali melakukan penjualan dalam bentuk barang,
proses utama yang dilakukan oleh perusahaan industri tetaplah proses jasa.
Perbedaan
yang terjadi saat ini adalah wilayah penjualan hasil produksi suatu perusahaan
telah semakin luas, organisasi perusahaan semakin rumit, data yang tersebar
semakin tidak beraturan, dan kompetitor semakin pandai meniru apa yang telah
dilakukan. Oleh karena itu sektor seperti IT, R&D, dan pelayanan SDM
berkembang. Hal tersebut pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan industri, sebagaimana yang juga dijelaskan pada bagian kritik
sosial.
Faktor
ke empat menurut saya hanyalah fenomena kebutuhan teknis suatu perusahaan. Saya
bisa analogikan begini:
Dulu,
banyak perusahaan yang merekrut operator surat-menyurat dan penyediaan logistik
pengiriman surat untuk mempermudah komunikasi perdagangan antar 2 perusahaan.
Komoditas surat-menyurat dulu tergolong murah namun jumlahnya bisa jadi sangat
banyak. Begitu juga dengan pegawai yang diperkerjakan, jumlahnya bisa jadi
sangat banyak. Meski dengan upah yang murah.
Sekarang,
pertukaran data dan informasi hanya membutuhkan biaya nyaris nol (kecuali
mungkin untuk akses internet dan pulsa). Informasi diperoleh secara up-to-date
dan jumlah pegawai yang dipekerjakan tak perlu terlalu banyak. Oleh karena itu,
perusahaan cukup membuat sistem informasi dengan merekrut sedikit ahli IT yang
jika dibandingkan dengan beban petugas surat-menyurat di masa lalu total gaji
dari keduanya relatif sama. Total logistik surat-menyurat dapat dianalogikan
dengan komputer, internet, dan berbagai peralatan lainnya yang jika ditotal
lagi-lagi akan sama dengan kebutuhan komoditas di masa lalu. Belum lagi adanya
faktor kelangkaan kertas sehingga masyarakat semakin sadar untuk mengembangkan
sistem dokumentasi yang tidak berbasis kertas.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berbagai system
Ekonomi yang telah gagal
1.
Merkantilisme
Terminologi: mercari (Latin) , yang berarti
"jual beli," yang berakar dari kata merx, berarti
"komoditas."
2.
Ekonomi Klasik Dan New Klasik
Menurut teori klasik (yang dikemukakan oleh Adam Smith)
suatu negara mengalami pertumbuhan ditandai dengan:1. Pertumbuhan jumlah
penduduk, dan2. Peningkatan output (GNP).Jumlah penduduk dianggap faktor yang
pasif.
3.
Sistem
Ekonomi Kapitalis
Secara historis perkembangan kapitalisme merupakan bagian
dari gerakan liberalisme yang mulai muncul pada tahun 1648 setelah tercapainya
perjanjian Westphalia.
4.
Sistem Ekonomi sosialis
Sistem Ekonomi sosialis yaitu sistem ekonomi yang seluruh kegiatan ekonominya direncanakan,
dilaksanakan, dan diawasi oleh pemerintah secara terpusat.
5. Sistem
ekonomi Orde
Pada tahun 1966 Indonesia memasuki masa orde baru, dimana
fokus perhatian pembangunannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
6.
Sistem
Perekonomian Komunisme
Komunisme adalah suatu sistem perekonomian di mana peran
pemerintah sebagai pengatur seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian.
7.
Post-industrial
Post-industrial society adalah konsep ekonomi yang
menjelaskan bahwa sektor jasa menghasilkan kesejahteraan yang lebih baik
dibandingkan sektor industri atau manufaktur di beberapa negara.
0 Komentar